Peluang Bisnis untuk Anda

Thursday, March 5, 2009

Bukit Kancah

Dongeng Nusantara I Cerita Rakyat I Cerita Daerah I Asal Usul

Di desa Tanjung kurang lebih 81 km dari Muarabungo, oleh masyarakatnya masih mempercayai dan meyakini akan keberadaan cerita tentang orang/makhluk halus. Alkisah ada tiga orang kakak beradik yang yatim piatu. Dua orang laki-laki dan yang bungsu seorang perempuan. Pilihan nasib membawa pertumbuhan ketiga beradik beranjak dewasa dalam kerukunan bersama. Orang-orang disekitarnya tak ambil peduli. Kepedulian itu rupanya diambil oelh bangsa siluman yang bermukim di hutan lebat Desa Tanjung. Siluman penyantun itu dengan tekun mendatangi dan mengajarkan berbagai ilmu dan bergaul dengan mereka sejak kecil hingga dewasa. Kepandaian menghilang itu akhirnya diketahui secara luas dan membuat orang-orang menyegani ketiga adik beradik itu.

Terceritalah kemudian, negeri Tanjung dapatgangguan dari negeri tetangga. Peperangan antarnegeri tak erelaan lagi. Kedaulatan negeri Tanjung terancam berat dan para hulubalang dan prajurit tak mampu lagi membendung serangan dan kecaman yang datang. Raja negeri teringat akan warga yang memiliki ilmu siluman tadi. Tanpa membantah, demi keamanan negeri, kedua anak remaja yatim piatu yang memiliki ilmu siluman itu menuju ke medan laga. Sebelum pergi ketiganya bersepakat agar adik bungsunya tidak ikut ke medan laga. Demi keselamatan adik perempuannya, disepakati untuk menyembunyikan sang adik bungsu terlebih dahulu kesuatu tempat yang dirasa aman. Untuk dititipkan pada seseorang kurang memungkinkan karena semuanya uga merasa tidak aman dari kekacauan dan infiltrasi musuh. Mereka pada tercenung mencari jalan keluar yang benar-benar aman. Kendati usul sang adik kurang meyakinkan, tapi oleh desakan keadaan, kakak tua menyepakatinya. Dengan merapal mantra sakti warisan siluman penjaga rimba, disungkuplah sang adik bungsu dengan sebuah kancah. Selesai merapal ajian, kancah penyungkup adik perempuannya lenyap tak kelihatan lagi. Yakinlah mereka sang adik akan terhindar dari berbagai ancaman karena tak bakal terlihat oleh siapapun.

Kedua bersaudara itu dengan hati yang mantap dan tekad yang membaja, bergegas ke medan laga menyatu dengan pasukan negeri Tanjung menghalau musuh. Dengan kemampuan dan kedigdayaan ilmu siluman yang dimilikinya, keduanya dengan leluasa bergerak dari satu prajurit ke prajurit lainnya. Habis ditikam dan ditetaknya, tanpa musuh menyadari telah bermandi darah dan meregang nyawa.
Pasukan negeri Tanjung bersorak gembira melihat musuh lintang pukang surut ke belakang, kedua lelaki itu dianjung dalam dukungan para prajurit karena dianggap sebagai orang yang berjasa, berandil besar dalam menghancurleburkan para pengacau negeri. Dua kakak beradik itu akhirnya diangkat sebagai hulubalang kerajaan. Sayang sebanyak itu yang senang sebanyak itu pula yang merasa tersingkirkan oleh pengaruh hulubalang berusia muda. Pangkat dan jabatan tinggi dalam usia belasan tahun telah menggelegakkan rasa kecemburuan sekelompok hulubalang kerajaan. Selain itu para infiltran musuh telah menyusup mempengaruhi para hulubalang yang patah hati, katakanlah sekelompok barisan sakit hati telah berhasil dihimpun musuh bak api dalam sekam.

Kepulan asap kedengkian dan iri barisan sakit hati berkobar dalam bentuk gerakan-gerakan bawah tanah dan pemberontakan yang terang-teranga. Tak ada pilihan lain, Baginda Raja Negeri Tanjung kembali menugaskan dua lelaki beradik itu untuk menumpas pemberontakan itu.
Betapa masgulnya hati mereka berdua ketika terjun ke kancah penumpasan pemberontakan itu. Banyak diantara mereka yang memberontak itu adalah teman-teman seperjuangannya, tetangganya semasa kecil bahkan teman sepermainannya sendiri. Keraguan mulai menyelimuti hatinya. Rasa kesal menyeruak di kalbunya dan buyarlah kemantapan aji penghalimunan dan kesaktian siluman yang dimilikinya. Saat kritis antara ragu dan bimbang itulah dimanfaatkan teman-teman hulubalang pemberontak untuk mengeroyok membabi buta. Rupanya saat itu hari naas sang kakak tiba diperhitungannya. Ia tewas dihujam keris teman sendiri. Melihat kakaknya gugur, sang adik berputar bak gasingputing beliung melabrak seluruh pemberontak. Luluhlantak tubuh bergelimpangan para pemberontak tak berupa lagi.

Sang adik akhirnya membawa tubuh kakaknya pulang dan menghadap raja sekaligus melaporkan keberhasilannya menumpas para pemberontak. Setelah pemakaman sang kakak sebagai seorang hulubalang perkasa tameng negeri, sang adik diangkat sebagai hulubalang istana dan sekaligus di samping mendapat anugerah harta benda, ia pun dinikahkan dengan putri baginda nan elok rupaan.
Beberapa bulan setelah pesta perkawinan, sang adik tersadar teringat akan si adik yang tersungkup kancah disuatu tempat. Dengan restu baginda raja dan persetujuan istri, sang adik lelaki segera menuju ujung negeri tempat adiknya ditinggal mereka berdua. Di tempat itu diserulah nama adiknya. Lapat-lapat terdengar sahutan sang adik tak jauh dari tempatnya berdiri. Tersadarlah ia dan terkejut bukan main karena ilu penyungkup itu hanya dimiliki oleh sang kakak yang telah tewas. Keduanya sama terisak sedih dan saling meratap akan nasib yang tak seorangpun dapat mengetahuinya.
Dua bulan lebih kedua kakak beradik itu hanya bisa berbicara saja tanpa berdaya untuk membuka atau keluar dari sungkup tak kelihatan itu. Keduanya tak menemukan jalan keluar untuk meretas nasib peruntungan kehidupan manusia. Berat timbangan antara istri dan kerajaan yang ditinggalkan serta kondisi adik yang tersungkup tanpa bisa dibuka membuat ia lunglai. Dalam lunglai itulah ia pamit pada adiknya untuk kembali dulu ke kerajaan sambil mencari cara melepas ilmu halimunan.
Lima tahun kemudian, lewat tengah malam sang kakak bermimpi bersua dengan kakaknya. Kalau kau akan melihat adik kita kembali, bantailah tiga ekor kerbau putih dan darahnya taburkan ke sungkup serta bacalah al-quran tiga puluh kali hatam. Bergegas raja memerintahkan rakyatnya untuk mencari tiga ekor kerbau putih. Sayangnya tak seorangpun dapat menemukannya.

Duka nestapa, hiba, sedih dan kepiluan semakin mendalam ketika sang kakak merasakan kancah halimun penyungkup adik perempuannya semakin berubah wujud membesar menjadi bukit. Dari waktu ke waktu bukit itu ditumbuhi belukar dan kekayuan. Tak terdengar lagi suara isak sang adik selain suara desir yang mendayu dan gemericik air yang turun menetes dari puncak bukit bak dendang kepiluan anak manusia menghitung hari yang penuh kemalangan.

Sampai sekarang di desa Tanjung terdapat bukit Kancah yang memendam sepotong kisah anak manusia.

Sumber:yayasanlangit.blogspot.com dengan judul Orang/Makhluk Halus

No comments:

Post a Comment